Senin, 14 Desember 2009

Selaginella plana Hieron

Kingdom Plantae

Subkingdom Tracheobionta

Divisi Lycopodiophyta

Class Lycopodiopsida

Order Selaginellales

Family Selaginellaceae

Genus Selaginella

Spesies Selaginella plana Hieron


Selaginella diperkirakan telah hadir di bumi sejak lebih dari 320 juta tahun yang lalu, sebagian besar jenisnya telah punah, yang tersisa tereduksi menjadi herba (Setyawan,dkk.2008:67). Karakter khasnya adanya percabangan menggarpu dan sebagian besar spesies memiliki daun-daun kecil menyerupai sisik, dengan dua ukuran yang berbeda. Selaginella ini memiliki banyak nama lokal seperti rumput Solo, cemara kipas gunung, cakar ayam (Jawa), paku rane (Sunda), menter (Jakarta), tai lantuan (Madura), Usia (ambon), sikili batu, lingonai (Minangkabau), dan shi shang be atau juan bai (Cina). Dalam bahasa Indonesia tumbuhan ini biasa disebut cakar ayam atau paku rane, Tapak doro, dan Ta lantuan


HABITAT

Habitat Selaginella plana Hieron ini merupakan jenis paku tanah yang mana tumbuhan paku jenis ini tumbuh pada batu-batuan atau tebing sungai. Menyukai kelembapan. Rimpangnya menjalar pada permukaan batuan dan akar-akarnya masuk ke celah-celah batu.


HABITUS

Habitus pada selaginella ini yaitu perdu yang mana mempunyai ciri-ciri pendek, berkayu, mempunyai percabangan langsung dan biasanya tinggi di atas permukaan tanah sekitar 1 m.


MORFOLOGI

DaUn

Selaginella plana Hieron ini berdaun kecil, berbentuk lanset, tersusun melingkari batangnya dan berselang-seling, berwarna hijau. Panjang daun kira-kira 2 mm dan lebar 1 mm. Merupakan daun isofil karena mempunyai ukuran daun yang sama antara yang satu dengan yang lain. Bentuk ujung daunnya meruncing, tepi daunnya bergerigi. Tekstur daun pada tumbuhan ini berupa selaput atau helaian. Permukaan daun selaginella ini halus, berambut. Daun-daun suburnya tersusun di dalam karangan menyerupai bulir. Karangan atau bulir ini disebut strobilus. Strobilus terletak di ujung percabangan.



Gambar 1. Morfologi Daun

Selaginella plana Hieron


Jika dilihat berdasarkan tulang daunnya tumbuhan ini termasuk Mikrofil yaitu daun yang mempunyai tulang daun tunggal tak bercabang dari pangkal ke ujung (Gambar 2). Berdasarkan fungsinya tumbuhan ini dibedakan atas daun tropofil (daun steril) yang hanya berfungsi untuk fotosintesis dan sporofil (daun fertil) yang menghasilkan sporangium. Menurut Tjitrosoepomo (1986:225), tumbuhan ini memiliki ligula pada bagian bawah daun yang berfungsi sebagai penghisap air .



Gambar 2. Tulang Daun Mikrofil
Selaginella plana
Hieron


BaTAnG

Batang tumbuhan ini terletak di permukaan tanah dan kadang-kadang berakar membentuk tumbuhan baru. Warna batang hijau dan biasanya bercabang dua dan tiap cabang bercabang dua lagi. Di daerah yang cocok tumbuhan ini dapat mencapai 1 m. Semua batang paku-pakuan kerap berupa rimpang karena pada umumnya arah tumbuhnya menjalar. Disamping mempunyai rimpang juga mempunyai cabang dengan arah tumbuh tegak. Batang berkayu dan juga terlihat adanya ramenta yaitu bentukan seperti rambut atau sisik. Yang berwarna merah kecoklatan terletak pada tepi daun fertil.



Gambar 3. Batang Dan Ramenta

Selaginella plana
Hieron

AkaR

Akar pada selaginella ini yaitu serabut yang bercabang monopodial. Bentuk akar tipis, halus, dan keras. Warna cokelat muda kehijauan.


SpOrANgiUm

Memiliki sporangium yang terletak di ujung daun sporofil (daun fertil) dengan bentuk agak bulat atau bulat telur terbalik atau seperti terompet. Sporangium muncul dari suatu penonjolan jaringan daun yang disebut plasenta atau reseptakulum. Susunan dan penyebaran sporangium pada sporofil tumbuhan ini tidak berkelompok satu sporofil terdapat satu sporangium. Seperti terlihat pada gambar 4.


Gambar 4. Sporangium

Selaginella plana Hieron


SIKLUS HIDUP

Selaginella bersifat heterospora (Aziz, 2008:179) protaliumnya amat kecil, jadi telah mengalami reduksi yang jauh. Spora pada tumbuhan paku heterospora berkembang secara endosporik. Menurut Tjitrosomo (1986:131-132), disini terbentuk dua macam spora: mikrospora yang dibentuk dalam mikrosporangia dan megaspora dalam megasporangia. Tiap megasporangium mengandung empat megaspora yang besar, yang dibentuk dari satu sel induk spora. Sebenarnya sejumlah sel induk spora terbentuk semuanya, kecuali hilang sebelum terjadi meiosis.

Gametofit jantan dibentuk seluruhnya di dalam dinding mikrospora. Tahap pertama perkecambahan menghasilkan dua sel. Yang satu besar dan menduduki sebagian besar ruang di dalam spora, dan lainnya yang disebut sel protalium kecil dan berbentuk lensa. Sel yang besar tadi berbelah berulang kali. Beberapa sel dihasilkan dari pembelahan ini membentuk selubung yang disebut anteridium. Lainnya membentuk sel-sel tengah, sel protalium dan sel selubung anteridium kemudian hancur, sehingga tertinggal gametofit jantan matang yang hanya mengandung sperma dalam jumlah besar tersimpan didalam dinding mikrospora. Mikrospora dilepaskan dari sporangium beberapa saat sebelum terbentuknya sperma sehingga gametofit jantan berlangsung secara mandiri.

Megaspora berkecambah membentuk gametofit betina multiseluler, atau protalus. Pertumbuhan protalus betina akhirnya menyebabkan dinding spora retak dan pecah, dan keluarlah suatu bantalan jaringan yang menampung sejumlah arkegonia terbenam yang mengecil. Pada saat ini dinding sporangium membuka, dan dalam banyak spesies megasporanya dengan kandungan protalus jatuh ke tanah, kadang-kadang sebelum protalus tersebut matang. Jika mikrospora dan megaspora jatuh berdekatan, sperma-sperma berenang ke arah telur melalui suatu selaput air, maka pembuahan akan terjadi dan sporofit muda berkembang.


Gambar 5. Siklus Hidup

Selaginella plana Hieron



MANFAAT

Selaginella telah dimanfaatkan oleh berbagai peradaban di dunia sebagai tumbuhan obat sejak dahulu kala. Tumbuhan ini telah dikenal dalam pengobatan Cina maupun India sejak ribuan tahun yang lalu. Pemanfaatan Selaginella relatif merata di seluruh dunia. Di banyak daerah di Indonesia, tumbuhan ini digunakan untuk perawatan pasca persalinan atau mengobati luka. Tunas muda Selaginella plana (Desv. ex Poir.) Hieron. dapat dimakan sebagai lalapan dan untuk pengobatan. Masyarakat Dayak di sekitar TN Kayan Mentarang, Kalimantan Timur menggunakan Selaginella plana untuk mengobati pendarahan. Masyarakat Sunda dan Kasepuhan di sekitar TN Gunung Halimun-Salak, Jawa Barat menggunakan berbagai spesies Selaginella untuk mengobati luka, pasca persalinan dan gangguan menstruasi. Daun Selaginella plana yang direbus diminum sebagai tonik untuk perawatan pasca persalinan. Tumbuhan ini dikenal juga sebagai obat penasak darah dan obat ulu hati, selain sebagai tanaman obat rane biru ini juga untuk tanaman hias (Setyawan,dkk.2008.71).


ReFeRenSi

Aziz, Abdul.Dkk.2008.Dan Alampun Bertasbih. Jakarta: Balai Pustaka.

Setyawan, Ahmad Dwi. Dkk.2008. Review: senyawa biflavonoid pada selaginella pal. Beauv. Dan pemanfaatannya.Jurusan biologi, Fmipa, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Program Doktor, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB) Bogor Departemen Kimia, Fmipa, Institut Pertanian Bogor (IPB) bogor. 9. (I). 64-81

Tjitrosoepomo, Gembong. 1986. Taksonomi Tumbuhan (Taksonomi Khusus). Jakarta : Bhratara Karya Aksara.

Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1986. Botani Umum 3. Bandung: Angkasa.

Lipi. 1979. Jenis Paku Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar